Cerita Alumni #2: Beasiswa Bukan Hanya tentang Nilai, tapi tentang Potensi dan Kontribusi
Halo, Sobat Ceria! Selamat datang di laman Cerita Alumni, wadah untuk berbagi pengalaman inspiratif dari para lulusan Teknik Lingkungan ITERA. Pada edisi perdana ini, kita akan berkenalan dengan sosok alumni yang terus melanjutkan langkahnya setelah lulus dengan melanjutkan studi ke jenjang magister. Beliau adalah Sephia Amanda Muhtar, alumni Teknik Lingkungan ITERA angkatan 2019 yang saat ini sedang menempuh pendidikan S2 di Institut Teknologi Bandung (ITB) yang didanai oleh Beasiswa LPDP. Mari kita simak bersama perjalanan dan motivasi yang bisa jadi inspirasi untuk kita semua.
Awal Perjuangan
Halo, perkenalkan saya Sephia Amanda Muhtar, biasa dipanggil Sephia. Saya merupakan alumni Teknik Lingkungan ITERA angkatan 2019. Saat pertama kali masuk, sebenarnya berkuliah di program studi Teknik Lingkungan bukanlah pilihan utama saya. Keputusan ini lebih banyak dipengaruhi oleh keinginan orang tua, sedangkan saat itu saya memiliki mimpi untuk melanjutkan studi di luar kota. Tidak ingin mengecewakan mereka, akhirnya saya menuruti pilihan tersebut.
Namun, hal itu membuat saya merasa kecewa, sehingga pada semester pertama saya hanya fokus pada akademik. Bisa dibilang, saya termasuk mahasiswa kupu-kupu (kuliah-pulang, kuliah-pulang) tanpa banyak aktivitas lain di kampus. Perasaan tersebut mulai berubah ketika memasuki semester dua. Saya mengikuti sebuah seminar motivasi, dan di sana seorang pembicara menyampaikan kalimat yang benar-benar membuka sudut pandang saya.
“Empat tahun kuliah bukan hanya untuk lulus. Kampus adalah tempat kamu memulai, bermimpi, berproses, dan meninggalkan jejak”
Kata-kata itu membuat saya sadar bahwa inilah takdir terbaik yang Allah berikan, dan sejak saat itu saya mulai belajar menerima serta menata mimpi saya lebih jauh.

Perjalanan Akademik dan Pengembangan Diri
Saya memiliki cita-cita untuk menempuh pendidikan hingga tingkat tertinggi, yaitu S3, dan menjadi seorang akademisi (dosen sekaligus peneliti). Sejak saat itu, saya menyadari bahwa kuliah bukan hanya soal nilai semata, melainkan juga tentang pengembangan diri dan kontribusi untuk sekitar.
Saya juga mulai memahami bahwa diri saya sangat menyukai hal-hal baru dan tantangan. Oleh karena itu, saya mencoba keluar dari zona nyaman dengan mengikuti berbagai kegiatan, baik di dalam maupun di luar kampus. Beberapa di antaranya adalah menjadi panitia acara kampus, aktif dalam organisasi Himpunan Mahasiswa Teknik Lingkungan (HMTL Tirtamarta), menjadi asisten dosen pada mata kuliah SPAL dan PBPAL, asisten tugas besar serta praktikum, hingga menjadi relawan di berbagai kegiatan.
Saya juga terlibat dalam kegiatan riset, program Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM), serta komunitas lingkungan seperti World CleanUp Day (WCD) Lampung. Semua kegiatan ini memberikan banyak pelajaran berharga, mulai dari melatih kemampuan berkomunikasi dengan adik tingkat, pengalaman berinteraksi langsung dengan masyarakat, hingga mengembangkan soft skill dalam kepemimpinan dan kerja sama.
Melalui pengalaman tersebut, saya belajar bahwa ilmu yang diperoleh di bangku kuliah dapat benar-benar diterapkan di lapangan. Bahkan langkah kecil yang kita lakukan ternyata bisa memberi manfaat besar bagi orang lain dan lingkungan sekitar, sekaligus menjadi sarana untuk terus meningkatkan kapasitas diri.
Kesempatan Tidak Datang Dua Kali
Saya memegang prinsip hidup: “Selalu ambil kesempatan serta mencobanya, karena syarat pertama untuk beruntung adalah dengan berani mengambil kesempatan. Jika gagal, maka coba lagi daripada tidak pernah mencoba dan menyesalinya.” Berbekal prinsip tersebut, saya memberanikan diri mengikuti berbagai kompetisi. Berawal dari lomba karya ilmiah tingkat internal kampus, saya kemudian berani melangkah hingga tingkat internasional. Beberapa capaian yang berhasil diraih antara lain medali emas dan perak dalam lomba karya tulis ilmiah di Iran, Rusia, dan Turki (2022), serta juara favorit lomba inovasi bisnis Liga Ilmiah ITERA (2021).
Keberhasilan tersebut tidak lepas dari adanya kerjasama tim, bimbingan dosen, serta sinergi dan komunikasi yang baik. Atas prestasi itu, saya mendapatkan penghargaan sebagai Peraih Prestasi dan Reward Kompetisi ITERA pada tahun 2021–2022, sekaligus terpilih sebagai awardee beasiswa Bank Indonesia (2022). Saya bersyukur karena capaian ini tidak hanya memberi manfaat pribadi, tetapi juga berkontribusi bagi pengembangan institusi tempat saya menempuh pendidikan.
Walaupun pada awalnya Teknik Lingkungan bukanlah pilihan utama saya, seiring berjalannya waktu saya menyadari bahwa bidang ini sangat luas dan penting. Teknik Lingkungan tidak hanya berkaitan dengan pengelolaan sampah, tetapi juga mencakup pengendalian limbah, kualitas udara, manajemen lingkungan industri, hingga kesehatan lingkungan. Dari sekian banyak bidang, saya merasa jatuh cinta pada topik Pengolahan Air Limbah. Sejak itu, saya semakin yakin bahwa untuk dapat memberi kontribusi yang lebih besar bagi masyarakat dan lingkungan, saya harus terus belajar lebih dalam lagi.

Penelitian Tugas Akhir: Awal Mula tertarik Riset
Dalam perjalanan penelitian tugas akhir, saya merasakan banyak suka dan duka. Sisi menyenangkannya, saya berkesempatan tergabung dalam kelompok penelitian dosen melalui hibah penelitian ITERA GBU-45 di bawah bimbingan Pak Tarmizi Taher. Dari pengalaman ini, saya banyak belajar tentang riset serta tata cara penulisan karya ilmiah dan jurnal yang baik.
Namun, tidak sedikit tantangan yang harus dihadapi. Penelitian tugas akhir saya membutuhkan waktu hingga lima bulan karena topik yang saya ambil, yaitu pemanfaatan tetes tebu (molasses) menjadi nanomaterial, masih jarang diteliti dan dipublikasikan. Selain itu, saat proses preparasi sampel dan pengujian, saya mengalami kegagalan. Material yang dihasilkan hanya mampu menyisihkan kontaminan kurang dari 30%.
Meski demikian, saya tidak menyerah. Saya terus berupaya melakukan perbaikan, baik dari sisi preparasi material, karakterisasi yang dilakukan berkali-kali, hingga mengulang eksperimen puluhan kali. Akhirnya, saya berhasil menemukan sumber masalah dan menyelesaikan penelitian tugas akhir saya tepat pada waktunya.
Dari pengalaman ini, saya belajar bahwa kegagalan bukanlah akhir, melainkan awal dari cerita baru. Riset memang tidak selalu berjalan mulus, tetapi justru di situlah letak pembelajarannya. Saya memahami arti pantang menyerah, tanggung jawab terhadap riset yang dijalani, serta keyakinan bahwa selama kita terus berusaha, insyaallah keberhasilan akan datang.
Repository ITERA – Tugas Akhir |
Pembuatan Hidrochar Dari Limbah Cair Tetes Tebu (Molasses) Melalui Proses Karbonisasi Hidrotermal Sebagai Adsorben Amonium |


Mengejar Mimpi Melalui Beasiswa LPDP
Dulu, ketika pertama kali terpikir untuk melanjutkan studi S2 dengan beasiswa LPDP, hal yang terlintas di benak saya hanya satu: tidak mudah, bahkan mungkin mustahil. Setiap tahun ada puluhan ribu pendaftar dengan CV yang mentereng, pengalaman organisasi segudang, prestasi nasional maupun internasional, hingga IPK hampir sempurna. Lalu muncul pertanyaan dalam hati, apakah saya bisa? Namun justru dari keraguan itulah cerita ini dimulai.
Setelah lulus S1, saya berkesempatan menjadi Research Assistant bersama Pak Tarmizi Taher. Dari aktivitas riset itu, saya banyak berdiskusi mengenai langkah yang ingin saya ambil ke depan. Beliau selalu memotivasi saya untuk melanjutkan studi. Selain itu, saya melihat langsung permasalahan lingkungan di sekitar saya—mulai dari pencemaran air limbah industri hingga kelangkaan gas LPG 3 kg di rumah saya, yang menyebabkan antrean panjang di SPBU. Dari sana saya terdorong untuk berkontribusi mencari solusi, menggabungkan pengalaman riset yang saya miliki dengan mimpi saya menjadi seorang akademisi. Untuk itu, melanjutkan studi S2 di Teknik Lingkungan ITB menjadi pilihan yang saya yakini tepat.
Pada November 2023, saya memutuskan untuk mendaftar beasiswa LPDP batch 2 tahun 2024. Saya sadar, membaca buku panduan saja tidak cukup. Maka saya mencari informasi tambahan dengan berdiskusi bersama Pak Dion Awfa, awardee LPDP PK-18, serta mengikuti mentoring seperti Cempaka 6.0 yang diadakan Matagaruda.LPDP dan Bumischolar.
Sebelum mulai menyiapkan dokumen, saya melakukan refleksi diri: menggali kelebihan dan kekurangan, merumuskan tujuan studi, memperdalam riset kampus tujuan, serta menuliskan pengalaman yang sudah, sedang, dan akan saya jalani. Saya juga mempelajari kriteria awardee yang dicari LPDP, lalu menyesuaikan esai dan CV saya agar relevan. Proses penulisan esai dan CV pun tidak mudah—saya harus melalui berkali-kali proofreading hingga akhirnya memiliki tiga versi terbaik.
Total persiapan memakan waktu sekitar tujuh bulan, sementara seluruh proses hingga pengumuman memakan waktu hampir satu tahun. Tantangannya adalah membagi waktu antara persiapan dokumen LPDP, belajar TPA untuk menghadapi tes bakat skolastik (karena saya mendaftar tanpa LoA), serta tanggung jawab riset yang sedang saya jalani. Saya juga mengikuti beberapa mock interview untuk melatih public speaking sekaligus mendapat masukan dari para awardee LPDP.
Menjelang penutupan pendaftaran, tepatnya H-3, saya sempat ragu untuk mendaftar. Namun saya kembali teringat prinsip saya: “Selalu ambil kesempatan serta mencobanya, karena syarat pertama beruntung adalah berani mencoba. Kalau gagal, ya coba lagi. Lebih baik begitu daripada tidak mencoba sama sekali dan menyesal.” Prinsip itu akhirnya menuntun saya hingga tiba pada hari yang membahagiakan: 7 November 2024, ketika pengumuman keluar, Alhamdulillah, saya dinyatakan lolos LPDP.


Dari pengalaman ini saya belajar bahwa LPDP tidak hanya mencari kandidat yang pintar dan penuh prestasi, tetapi mereka yang memiliki semangat belajar, keinginan berkontribusi, growth mindset, rencana studi yang matang, serta resiliensi menghadapi tantangan. LPDP bukanlah akhir, melainkan awal dari sebuah komitmen: bahwa setelah menimba ilmu, saya harus kembali, karena ilmu ini bukan milik saya seorang, melainkan untuk bangsa Indonesia.
Bagi saya, mencari beasiswa bukan semata soal akademik. Tantangan terbesarnya justru menjaga semangat agar tetap bertahan di jalur, meski kepastian belum terlihat. Proses ini mahal—bukan hanya dalam hal waktu dan biaya, tetapi juga dalam emosi. Namun semua itu sepadan, karena dari perjalanan inilah saya belajar tentang ketekunan, keberanian, dan arti berjuang untuk mimpi.
Pesan untuk Pejuang Beasiswa
Untuk teman-teman yang sedang berjuang meraih beasiswa, jangan sampai kalah oleh rasa tidak percaya diri. Kamu layak, sama seperti mereka yang sudah berhasil lebih dulu. Fokuslah pada proses persiapan. Mulailah dengan mengenali diri sendiri: apa passion, kekuatan, dan nilai yang kamu pegang. Aktiflah di organisasi, ikuti lomba, tingkatkan kemampuan bahasa Inggris, dan susun rencana studi dengan jelas. Jangan lupa, kumpulkan informasi sebanyak mungkin mengenai beasiswa yang dituju dan pahami dengan baik kriteria serta tujuannya.
Selain itu, tetaplah fokus pada dirimu sendiri. Ingat bahwa setiap orang punya keunikan masing-masing. Jangan membandingkan dirimu dengan orang lain, tetapi fokuslah pada apa yang kamu miliki. Beasiswa bukan hanya soal nilai akademik atau deretan prestasi, melainkan juga tentang potensi, komitmen, serta keinginan untuk terus berkembang dan berkontribusi.
“Percayalah pada dirimu. Kesempatan besar hanya datang bagi mereka yang siap menyambutnya dengan keyakinan dan persiapan matang.” – Sephia Amanda Muhtar, S.T.

Profil Narasumber

Nama: Sephia Amanda Muhtar, S.T.
TL Angkatan: 2019
Penerima Beasiswa LPDP Program Magister ITB
Yuk, Jadi Cerita Alumni Berikutnya!
Kalau kamu alumni Teknik Lingkungan ITERA dan ingin berbagi perjalananmu, bisa hubungi kami! Ceritamu bisa jadi inspirasi buat banyak orang. Klik di sini.